Jumat, 02 Februari 2018

Bakmi Jogja Trunojoyo | Cita Rasa Jogja di Surabaya.


Info.
Lokasi: Jl. Tegalsari No. 47, Kota Surabaya, Jawa Timur 60262.
Jam operasional: 11.30 - 21.30 (Hari Senin tutup).
Harga pesanan:
  1. Bakmi: Rp. 21.000,00.
  2. Nasi Goreng Jogja: Rp. 21.000,00.
  3. Nasi Ruwet + Telor: Rp. 21.000,00 + Rp. 5.500,00.
  4. Wedang Jahe: Rp. 8.000,00.
  5. Teh Jahe: Rp. 8.500,00.
Rating: 4/5
#KulinerSurabaya


Kali ini saatnya mencoba untuk mengulas kuliner untuk pertama kalinya di blog ini, mengulas action figure terus takutnya malah bosan. Saatnya keluar dari kamar untuk mencari makan. Ceritanya hari Kamis hujan mengguyur Surabaya dari sore, ada temen lagi BeTe plus laper ngajak makan di group chat WA (isinya sebenernya cuma 3 anak😛). Biasanya bingung ngajak makan di mana, tapi karena keadaan hujan enaknya makan yang kuah hangat-hangat. Tanpa pikir panjang karena memang bener-bener kelaperan belum makan dari pagi cuma modal ngemil Panties Pizza, daripada tuh anak tambah BeTe langsung sajalah berangkat setelah maghrib.

Pintu gerbang Bakmi Jogja Trunojoyo.
Lokasinya gampang ditemui yaitu berada dekat di SPBU daerah Kedungdoro Jalan Tegalsari, Surabaya atau depan Le Ezmod & Es Teler Tegalsari. Di depannya ada tulisan lampu neon berwarna merah "Bakmi Jogja "Trunojoyo"". Kalau lagi ramai di sini agak susah mendapatkan parkir kalau naik mobil, tapi kalau naik sepeda motor gampang kok tinggal masuk aja ke dalam. Saat masuk dari pintu gerbang di depan, langsung disuguhi pemandangan para juru masak yang memasak pesanan para pelanggan dan wangi aroma masakan langsung tercium dapur yang hanya beratapkan genteng dengan 3 gerobak tempat masak yang bisa kita lihat tanpa adanya sekat penutup. Dulunya memang Bakmi Jogja Trunojoyo ini lokasinya memang berada di Jalan Trunojoyo tetapi sekarang pindah di Jalan Tegalsari ini, jadi jangan salah tempat ya.

Dapur di bagian depan Bakmi Jogja Trunojoyo.
Di Bakmi Jogja Trunojoyo ada 3 lokasi tempat yang bisa kita pilih untuk duduk menyantap hidangan-hidangan yang ada di sini yaitu ada di dalam, lorong, dan di belakang. Karena hari Kamis malam itu lokasinya agak rame & datang diwaktunya orang-orang makan malam, kami bertiga akhirnya memilih duduk di lorong sambil merasakan dinginnya Surabaya. Temanku ini bernama Irna & Cana, konchoku plek sedari belajar di bangku SMAN 1 Probolinggo. Tanpa basa-basi dan memang sudah kelaperan sekali, langsunglah pesan makanan. Uniknya di sini, seluruh pelayanannya menggunakan blangkon di kepala & menggunakan bahasa Jawa halus khas Jogja saat melayani para pelanggannya. Saya yang terbiasa dengan bahasa dan berlogat medhok Suroboyo jadi sungkan saat memesan ke pelayanannya, ya seenggaknya di sini juga sedikit belajar bagaimana cara berbahasa Jawa yang baik dan benar sambil mendengarkan pelayanannya berbicara. Setelah selesai memesan makanan, saya meninggalkan 2 konchoku yang asik membahas Korea & mencoba jalan-jalan di sini sekalian melihat cara masaknya di depan.

Lokasi ruangan dalam ini terletak di bangunan utama Bakmi Jogja Trunojoyo. Masih mempertahankan kesan klasik rumah kuno asli dari gedung ini sendiri dengan perpaduan tembok putih dan beberapa ornamen berwarna hijau tua. Ditambah dengan beberapa foto dari jaman kolonial Belanda & barang antik untuk menambah kesan interior khas Jogja tempo doeloe.


Lokasi lain yang bisa dipilih untuk tempat kita makan adalah di bagian lorong yang juga teras yang berada di samping gedung utama dekat dengan parkir motor. Meskipun lorong teras, tempat ini pun tidak luput dengan aksen khas Jogja. Terdapat foto salah satu Sultan dari Jogja di teras dan di sampingngnya terdapat meja kayu kuno dengan beberapa kuningan & patung Prajurit Keraton Yogyakarta di atasnya. Kesan klasik juga terdapat pada lantainya yang khas rumah jaman dahulu.

Lokasi terakhir tempat untuk makan di sini adalah di bagian belakang. Tempatnya menggabungkan suasana pujasera dan khas pendopo Keraton Yogyakarta dengan tulisan aksara Jawa di atas bagian depan lokasi ini. Di depannya terdapat dapur untuk membuat minumannya. Bentuknya pun sangat tradisional yaitu bakul gerobak minuman tidak lupa dengan poci & gelas kaca tradisionalnya. Juga cara merebus airnya masih menggunakan arang.


Setelah menelisik ke tiga tempat tadi, saatnya untuk melihat bagaimana proses memasaknya di dapur depan. Cara memasaknya pun masih sama dengan cara tradisional merebus air tadi yaitu dengan menggunakan arang. Dari pengalaman saya makan, entah mengapa kalau menggunakan arang daripada gas hasilnya terasa sedap & hangatnya makanan tidak cepat hilang. Juru masaknyapun tidak lupa juga memakai blangkon di kepalanya. Jadi tempat ini memang benar-benar mengusung keorisinilan Jogja jaman dahulu. Sambil melihat cara memasaknya, kok ya tambah laper perut ini melihat kokinya memasak Bakmi Godhok. 


Cara memasak yang masih menggunakan arang.
Sebenarnya di sini ada juga menu Pisang Goreng khas Jogja dengan gula halus & gula aren, tapi sudah habis. Tidak beberapa setelah kembali ke tempat duduk dari berkeliling, akhirnya pesananpun datang. Pesanan kami tadi adalah 2 Bakmi & 1 Nasi Goreng Jogja dengan minuman Wedang Jahe & Teh Jahe. Saya sendiri & Irna memesan sama seperti tujuan kami ke sini yaitu Bakmi yang hangat dan berkuah & Cana sendiri yang memesan 1 Nasi Goreng Jogja. Jadi ada variasi jenis menu makanan selain bakmi yang ada di tempat ini yang bisa diulas di blog ini. Di meja makanannya juga disediakan 1 kecap & 2 toples kaca yang berisikan garam dan acar timun plus cabe, jadi kalian tidak perlu khawatir bila cita rasanya nantinya kurang sedap di lidah kalian.

Menu makanan andalan dari tempat ini apalagi kalau bukan Bakminya. Bakmi Godhok di sini bisa dipesan dengan 3 jenis penyajiannya yaitu godhok, goreng, dan nyèmèk. Kalau godhok nantinya Bakmi akan disajikan berkuah seperti mie kuah pada umumnya. Sama halnya dengan goreng, Bakmi akan disajikan seperti mie goreng pada umumnya. Nah, yang saya dan Irna pesen ini yang bakmi nyèmèk. Mungkin penamaan ini asing bagi telinga orang dari luar Jawa atau dari Surabaya. Jadi bakmi nyèmèk ini disajikan dengan kuah yang sedikit dan juga tidak terlalu kering atau biasanya saya memesan mie goreng di tempat lain dengan menyisikan sedikit air masaknya saat penggorengan juga bisa disebut nyèmèk. Tapi nyèmèk di sini adalah bakmi godhok yang diberi sedikit kuah bukan digoreng dengan sisa air masak seperti yang biasanya saya pesan di tempat lain tadi. Bakmi ini disajikan dengan potongan tomat juga ayam dan taburan perpaduan bawang goreng & potongan kecil seledri. Pertama kali yang saya lakukan saat makan bakmi nyèmèk ini adalah mencoba kuahnya selagi terasa hangat. Rasa khas dari kuah bakmi ini adalah kaldu ayamnya yang orisinal tanpa adanya rasa dari bumbu penyedapnya dan kuahnyapun tidak keruh yang biasanya timbul dari bahan rempah-rempah yang pekat. Dari cara masaknya yang saya lihat tadi, kuahnya dicampur dengan telur yang dikocok sehingga memberi sensasi agak kental. Tekstur mienyapun dimasak dengan pas jadi terasa tidak keras juga tidak lembek. Memang kuah orisinal kaldunya tidak terlalu kuat bukan berarti bakmi ini kurang sedap tapi memang begitulah khas cita rasa asli Jogja dipertahankan di Bakmi ini. 

Nasi Goreng Jogja di sini disajikan dengan 2 potongan tomat dan timun tidaklupa potongan kecil ayam yang berbaur dengan nasinya. Kalau diperhatikan, nasi gorengnya diberikan alas daun pisang di piringnya. Fungsinya agar hangatnya masakan masih terjaga dari saat penggorengan hingga disajikan ke meja. Di sini kita bisa memesan nasi goreng tidak pedas, sedang seperti yang Cana pesan, atau pedas. Cita rasa khas makanan dari Jogja yang ada di nasi goreng ini adalah rasa manis berbaur dengan sedap yang terasa ketika dimakan. Berbeda dengan Nasi Goreng Jawa, Nasi Goreng Jogja ini dimasak tidak dengan menggunakan saos sebagai salah satu bahannya melainkan menggunakan kecap manis asal dari sensasi manis yang terasa. Walau sedikit pedas, rasa asli dari Nasi Goreng Jogja ini masih bisa dirasakan sehingga bisa dikatakan dimasak dengan takaran bumbu yang pas. Menu ini sebenernya tidak sepaket dengan telor ceploknya tetapi bisa dipesan dengan tambahan telor ceplok atau dadar.   

Untuk minumannya, kalian bisa memesan wedang jahe atau teh jahe supaya kesan Jogja makin terasa apalagi diminum pas udara dingin. Jahe di kedua minuman tersebut tidak disajikan dengan jahe yang digeprek atau potongan besar jahe tetapi dipotong kecil-kecil. Di sini untuk porsi makanannya bisa dibilang sangat pas atau bagi saya pribadi yang suka makan malah kurang. Apalagi paginya belom makan, jadi saya & Irna memutuskan untuk memesan menu lainnya yang berbeda dari ronde pertama😄. Jadilah saya memesan Nasi ruwet & Irna memesan menu Nasi Goreng Jogja seperti Cana tapi pedas.

Menu makanan ronde kedua saya adalah Nasi Ruwet yang sama seperti Nasi Goreng Jogja tadi, bedanya Nasi Ruwet ini diberikan tambahan mie kalau orang Jawa Timur bilangnya Nasi Mawut. Bedanya lagi bukan cuma telornya saja yang bisa dipesan sebagai tambahan tetapi kita juga bisa memilih pilihan tambahan  macam-macam jeroan seperti ati ampela, uritan (calon telur), berutu (ekor ayam), dan sewiwi (sayap ayam). Nasi Ruwet ini kita juga bisa memesan tidak pedas, sedang, & pedas tetapi agar mengerti rasa orisinal dari Nasi Ruwet ini. Entah mengapa yang saya rasakan sendiri ketika juga mencoba Nasi Goreng Jogja sedangnya Cana tadi juga Nasi Goreng Jogja pedasnya Irna, masih lebih terasa sedap & manisnya Nasi Goreng Jogja mereka padahal ada tambahan cabe di dalamnya tetapi saya tidak bilang bahwa Nasi Ruwet ini rasanya hambar namun untuk rasa masih lebih kuat Nasi Goreng Jogja.

Bakmi Jogja Trunojoyo ini memang benar-benar memberi kesan Jogja di Surabaya baik dari segi cita rasa, pelayanan, dan aksen interior di dalamnya. Walau tempatnya berada di bekas bangunan lama, namun dengan penerangan yang cukup tidak memberikan kesan pengap sehingga kita bisa nyaman berada di sana. Di tempat ini tidak disediakan AC ataupun WiFi, mungkin untuk benar-benar memberikan kesan jadul & memang bukan tempat untuk nongkrong. Terlebih untuk makanannya dari cita rasa hingga porsi khas Jogjanya benar-benar terasa dipertahankan tanpa merubah sedikitpun untuk menyesuaikan dengan lidah orang Surabaya, jadi bagi yang benar-benar kelaparan atau porsi makannya banyak sepertinya harus memesan dua porsi di sini. Di tempat ini juga tidak terasa minyaknya ketika saya mencoba Nasi Goreng Jogja & Nasi Ruwet terasa enak di mulut dan tidak menimbulkan gatal di tenggorokan, itulah salah satu nilai tambahan untuk hidangan di tempat ini.  Soal harga juga tidak mahal kok, terjangkau isi dompet. Di bawah Rp 30.000,00 semua dan untuk pembayaran di sini hanya menerima cash jadi kalian tidak bisa menggunakan kartu debit di sini. Mencari lokasinya pun tidaklah susah. Semoga ulasan kuliner pertama di blog ini bisa dijadikan rekomendasi buat kalian yang mencari makanan di kota Surabaya.

Lokasi melalui Google Maps:        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar